Selasa, 13 November 2012

Penalaran Deduktif


Penalaran Deduktif
            Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
            Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).
            Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
            Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
            Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
            Faktor-faktor penalaran deduktif :
1.      Terdapat pada kalimat utama
2.       Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
3.      Kebenarannya jelas dan nyata
            Ada 2 cara dalam penarikan simpulan dalam penalaran deduktif, yaitu penarikan langsung dan penarikan tidak langsung.

1.      Penarikan simpulan langsung
      Penarikan simpulan langsung diperoleh dari satu premis untuk menghasilkan pernyataan – pernyataan baru.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati.
Semua yang akan mati adalah makhluk hidup.
2.      Penarikan simpulan tidak langsung
      Penarikan simpulan tidak langsung memerlukan 2 premis. Premis yang pertama bersifat umum, sedangkan yang kedua bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung terdapat 2 bagian, yaitu silogisme dan entimem.
a.    Silogisme
      Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang kekal
Premis Minor : Firaun adalah manusia
Kesimpulan : Firaun tidak kekal
      Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif. Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.
1.    Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2.    Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

3.    Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
4.    Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.Contoh:
Ø Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Ø Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

b.    Entimem
            Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
contoh :
Pegawai yang baik selalu tepat waktu.
Haryono pegawai yang baik.
Haryono selalu tepat waktu.
Entimem : Haryono selalu tepat waktu karena ia pegawai yang baik.

Dyas Puspandari. 2009. Bahasa Indonesia Politeknik Telkom. Bandung: Politeknik Telkom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar